Home » » PERJALANAN SEMENTARA KITA

PERJALANAN SEMENTARA KITA

Unknown | 00.38 | 0 comments
      Dunia dengan segala keindahannya memang tidak sembarangan orang mampu menghindarinya. Dunia begitu mempesona sehingga mudah sekali membuat orang berubah. Yang biasanya baik bisa menjadi jahat. Dan yang biasanya jahat bisa juga berubah menjadi sangat baik. Dunia itu bisa menjadi indah bukanlah dunia itu sendiri indah. Tapi dunia itu indah karena manusia yang didalamnya membuat sesuatu itu menjadi indah. Dari pria tampan, wanita yang cantik, anak-anak yang cerdas, uang di rekening bank, emas, perak, perkebunan yang berhektar-hektar, mobil mewah, rumah besar dan hal-hal indah lainnya. Mungkin jika tidak ada manusia, semua hal-hal itu hanya barang rongsokan belaka.
      Hidup di dunia merupakan perjalanan sementara, sebelum akhirnya semua akan tiba di penghujung batas tujuan, akhirat. Alquran menyatakan, ''Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main, dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan.'' (QS Al-Ankabut [29]: 64).

    Al-quran juga memberikan perumpamaan kehidupan dunia seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan terlihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur (QS Al-Hadid [57]: 20).

     Terlalu banyak manusia yang silau oleh kemilau dunia, mengejar sesuatu yang seharusnya tidak dikejar. Saling menyikut dan menjatuhkan dengan menghalalkan segala cara, demi meraih tahta jabatan, dan harta kekayaan. Padahal, semua itu hanyalah sementara, tidak setia, dan akan terpisah darinya saat kematian datang menjemput.
      Pesona dunia kerap membuat seseorang lupa akan hakikat hidup di dunia. Sehingga, menjadikannya lalai dalam melakukan tugas dan kewajiban sebagai seorang hamba, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Padahal, kehidupan dunia tak lebih hanya permainan dan senda gurau belaka (QS Muhammad [47]: 36).
Tak heran bila kemudian Rasulullah SAW selalu mengingatkan umatnya untuk menyikapi hidup di dunia ini sebagai ladang berbekal, dan sebaik-baiknya bekal adalah takwa kepada Allah SWT. (QS Al-Baqarah [2]: 197).
      Oleh karena itu, Ibnu Umar RA mengambil wasiat dari Rasulullah untuk menggunakan setiap kesempatan guna berbekal. ''Jika kamu berada di masa sore, jangan menunggu waktu pagi. Dan jika kamu berada di waktu pagi, jangan menunggu masa sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.'' (HR. Bukhari).
      Menjadikan hidup di dunia hanya sebagai ladang berbekal akan menimbulkan perasaan bahwa hakikat diri adalah asing di dunia dan tidak mungkin menetap selamanya. Diri tidak lagi terpikat pada segala sesuatu yang menggoda di tempat persinggahan sementaranya itu. Hatinya hanya terpaut pada tujuan yang akan menjadi tempat kembalinya kelak. Bahkan, dia akan menganggap dirinya seperti 'musafir' yang ingin terus melanjutkan perjalanan hingga batas akhir tujuan, yaitu kehidupan abadi di akhirat.
     Memahami kehidupan di dunia ini layaknya musafir, telah diajarkan oleh Rasulullah melalui sabdanya, ''Aku tidak memiliki kecenderungan (kecintaan) terhadap dunia. Keberadaanku di dalam dunia seperti seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkan pohon tersebut.'' (HR. Tirmidzi).
     Oleh karena itu, wajib bagi seorang Mukmin untuk bersegera melakukan kebaikan sebelum dia tidak mampu lagi untuk melakukannya, baik karena menderita sakit atau karena kematian yang menjemput.
Dan di saat manusia terhalang untuk melakukan amal kebaikan, maka yang tersisa hanyalah penyesalan dan kesedihan. Dia hanya bisa berandai untuk kembali sehat atau hidup lagi, padahal harapan itu sia-sia belaka.
Firman-Nya: ''Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka (orang-orang kafir), dia berkata, 'Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal saleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan'. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding hingga hari mereka dibangkitkan. (QS Al-Mukminun [23]: 99-100).
Peringatan dari Allah :
     “Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau dilalaikan oleh harta dan anak-anakmu untuk berdzikir kepada Allah”
(QS. Al Munafiqun: 9)
     “Dunia ini terlaknat dan isinya penterlaknat pula, kecuali yang berdzikir kepada Allah serta mengikuti dzikir tadi, juga orang yang berilmu agama serta orang yang menuntut ilmu agama tadi terbebas dari laknat”
(HR Turmidzi)
     Untuk itu janganlah kita mencintai dunia ini secara berlebihan, tapi cintailah yang memberi dunia itu, karena kepada-Nya-lah kita akan kembali.
     “Pada suatu hari dimana harta dan anak-anak tidak berguna lagi kecuali bagi orang-orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih dan didekatkan surga bagi mereka yang bertaqwa”
(QS. Asy Syu’ara: 88-90)

Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. INSAN KAMIL - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger