Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai khalifah. Dalam khutbah perdananya
beliau berkata, “Wahai manusia, barangsiapa yang taat kepada Allah maka wajib
untuk ditaati dan barangsiapa yang memerintahkan maksiat maka tiada ketaatan
kepadanya siapapun dia. Wahai manusia, taatiah aku selagi mentaati Allah dalam
memerintah kalian. Namun jika aku bermaksiat kepada Allah, maka tiada kewajiban
sedikitpun bagi kalian untuk mentaatiku.”
Setelah khutbah itu beliau turun
dari mimbar. Beranjak menuju rumahnya dan hendak masuk ke dalam kamarnya.
Beliau ingin istirahat barang sejenak setelah kesibukan pasca wafatnya khalifah
sebelumnya.
Belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putera beliau yang bernama Abdul Malik. “Apa yang ingin Anda lakukan wahai amirul mukminin?” kata Abdul Malik.
Beliau menjawab, “Wahai anakku, aku ingin tidur sebentar saja, tubuhku begitu lelah.”
“Apakah Anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizhalimi wahai amirul mukminin?”tanya putranya yang berumur sekitar 17 tahun itu.
“Wahai anakku, aku tidak tidur. Lelah sekali aku mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman. Jika telah datang waktu dzuhur aku akan shalat bersama manusia dan akan aku kembalikan hak orang-orang yang dizhalimi kepada pemiliknya, Insya Allah,” jawab Umar bin Abdul Aziz.
Abdul Malik berkata, “Siapa yang menjamin bahwa Anda masih hidup hingga datang waktu dzuhur wahai amirul mukminin?”
Umar bin Abdul Aziz lalu berkata, “Mendekatlah engkau nak!” Abdul Malik pun mendekatlah. Sang ayah kemudian merangkul dan mencium keningnya sembari berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku.”
Saudaraku, semoga kita memiliki anak-anak seperti Abdul Malik. Dialah
anak penggugah. Dan giliran kita nanti berkata sebagaimana Umar bin Abdul Aziz
berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku
seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku.”
Belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putera beliau yang bernama Abdul Malik. “Apa yang ingin Anda lakukan wahai amirul mukminin?” kata Abdul Malik.
Beliau menjawab, “Wahai anakku, aku ingin tidur sebentar saja, tubuhku begitu lelah.”
“Apakah Anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizhalimi wahai amirul mukminin?”tanya putranya yang berumur sekitar 17 tahun itu.
“Wahai anakku, aku tidak tidur. Lelah sekali aku mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman. Jika telah datang waktu dzuhur aku akan shalat bersama manusia dan akan aku kembalikan hak orang-orang yang dizhalimi kepada pemiliknya, Insya Allah,” jawab Umar bin Abdul Aziz.
Abdul Malik berkata, “Siapa yang menjamin bahwa Anda masih hidup hingga datang waktu dzuhur wahai amirul mukminin?”
Umar bin Abdul Aziz lalu berkata, “Mendekatlah engkau nak!” Abdul Malik pun mendekatlah. Sang ayah kemudian merangkul dan mencium keningnya sembari berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku.”
0 comments:
Posting Komentar